Rabu, 27 Februari 2008

Pelatihan Sablon KASB Karang Anyar



Lain Lubuk lain belalang. Lain di Komunitas Suban Ayam lain pula di Komunitas Karang Anyar. Bila di Suban Ayam relawan yang mengikuti pelatihan sablon di dominasi kaum perempuan di Karang Anyar sama sekali tidak ada perempuan,alias lanang(laki-laki) galo.kondisi ini terkait dan berkaitan dengan psikologis si tukang sablon, pungky tralala. Selama ngisi materi di KASB Suban Ayam ia selalu tersenyum sumringah karena tiap malam selalu dikelilingi simpedes (simpanan perawan desa) hik hik. " waduhhhhh laki-laki semua, mana cewenya nich?" protes pungky. ha ha ha "dasar! PKS (penjahat kelamin sejahtera)juga lu" celetuk paski.
Pelatihan sablon di KASB Karang Anyar di mulai dari tanggal 13-19 februari, pukul 20.00-23.00 bertempat di Musholla ak-Ikhwan Kel. Karang Anyar. pada hari pertama peserta yang mengikuti sablon berjumlah 12 orang dan alhamdulilalh di hari keempat jumlah peserta semakin bertambah.tapi...lagi2 gk da cewenya lhooo. jangan sampai informasi ini jatuh ketelinga kaum feminis. kalau mereka tau mereka akan teriak "pelatihan sablon ko gk responsif gender. ini diskriminasi dan harus dilawan! weits... jang ada yang tersinggung ya....gw canda aje...Selama 6 hari relawan KASB Karang Anyar sudah mampu mengabrek dan mencetak kaos, bahkan kaos panitia turnamen Volli Ball mereka yang mencetak. "sekalian melatih dan memperdalam ilmu sablon" ujar salah satu relawan.
Relawan bersepakat untuk membentuk struktur KASB Karang Anyar dan menjadikan sablon sub bagian bidang usaha mereka.


Senin, 25 Februari 2008

Pelatihan sablon di KASB Suban Ayam



Selama 7 hari, dari tanggal 6-12 Februari teman-teman KASB Suban Ayam menyediakan waktu dan mencurahkan perhatiannya ke sosok dan wajah guaanteng fasilitator (tukang) sablon, pungky si tralala.(ukh..ki klu lu baca ni tulisan jangan geer yaa.... ha ha ha belapang!) tampaknya selama 1 minggu berbagai materi sablon dari pengenalan alat, menggambar, matching warna, pengabrekan sampai ke pencetakan ke kaos yang dipaparkan pungky berhasil dilahap, dikuncah dan ditelan dikepala teman-teman Suban Ayam, walaupun pada hari pertama (materi pengenalan alat) semua mata peserta melotot dan mulut pada mengangga. Rakel? obat abrek ? GL dan TW? apaan tuch?! tetapi alhamdulillah pada hari ke- 7 teman-teman Komunitas Siaga Suban (KASB)Ayam sudah mampu mengabrek dan mencetak.KASB Suban Ayam sering disebut pasukan Srikandi karena dari 15 relawan 12nya adalah kaum perempuan.Relawan-relawan dari Jogja, garut dan padang kalau masih ada yang jomblo atau belum/tidak laku bisa menghubung core team rejang Lebong he he he maksud lu...?

PD Aisiyiyah dan PD NA RL Menyelenggarakan Seminar tentang Peran Perempuan dalam Penanganan Bencana Alam


PD Aisiyah dan PD Nasyatul Aisiyiyah RL bekerjasama dengan Tim penggerak PKK Kab Rejang Lebong mengadakan seminar tentang peran perempuan dalam penanganan/penanggulangan bencana. Seminar ini bertujuan untuk membangun kesadaran kaum perempuan untuk terlibat/berpartisipasi aktif dalam mengarusutamakan issu pengurangan resiko bencana. Semianr yang bertema: perempuan dan Bencana" Ini dihadiri sekitar 500 peserta yang berasal dari lembaga dan komunitas perempuan; PKK, lembaga pendidikan; guru SD,SMP dan SMU,LSM yang konsen dengan issu perlindungan perempuan dan anak, Kumunitas pengajian, seni dan anggota Aisiyiyah dan Nasyatul Aisiyah. Seminar ini sebagai media dan langkah awal untuk merencanakan dan membangun penangganan bencana yang responsif gender di kabupaten Rejang Lebong.(PH)

Rabu, 20 Februari 2008

MEMBUKA JALAN MENUJU PRA DI KOMUNITAS TALANG ULU

PRA atau dalam istilah lain disebut "Rembuk Warga" sudah mulai akan dilaksanakan di komunitas Talang Ulu kecamatan Curup Kabupaten Rejang Lebong Bengkulu. Sebagai sebuah program yang telah direncanakan sejak awal, maka kegiatan ini bisa menjadi sukses dan memberikan hasil sesuai yang diharapkan, ataupun "patah" ditengah jalan, tidak terlepas dari dukungan komunitas yang menjadi "sasaran". Sejak awal, team CDASC Rejang Lebong dibantu oleh CDASC Pusat sudah menjajaki berbagai hal, yang diperkirakan bisa menjadi "pembuka jalan" bagi keberhasilan program ini.
Sebelum memasuki gerbang PRA yang sesungguhnya, maka team terlebih dahulu melakukan beberapa kegiatan yang diharapkan bisa memberikan nilai tambah dalam menarik minat komunitas Talang Ulu mengikuti program yang ditawarkan, sampai pada akhirnya "terbukalah" jalan menuju PRA .
Beberapa kegiatan yang dilakukan menjelang dilaksanakannya PRA ini adalah :
1. Belajar Sablon
2. Belajar Buat Film
3. Pelatihan Jurnalistik.
Sebagai langkah awal, team CDASC melakukan pertemuan dengan komunitas Talang Ulu, pada hari Senin, tanggal 11 Februari 2008, pukul 15.00 Wib, di rumah ibu Nurjanah, salah seorang fasilitator lokal yang menjadi "team 30" alumni pelatihan CDASC Rejang Lebong. Pertemuan ini dihadiri oleh 11 orang yang terdiri dari PCM Talang Ulu, PCA Talang Ulu, tokoh masyarakat, dan unsur pendidik/guru. Hasil dari pertemuan pada hari itu adalah :
1. Belajar sablon akan dilaksanakan pada tanggal 22 Februari
s.d 01 Maret 2008 (pelaksanaan jam 15.00 Wib s.d 18.30. Wib)
Penanggung Jawab : Bapak Nasrullah
2. Belajar film, dilaksanakan pada tanggal 02 s.d 12 Maret 2008
(pelaksanaan jam 15.00 Wib s.d 18.30 Wib)
Penanggung Jawab : Bapak Sofyan
3. Pelatihan Jurnalistik tanggal 13 Maret s.d 22 Maret 2008
(pelaksanaan jam 15.00 Wib s.d 18.30 Wib)
Penanggung Jawab : Bapak Efendi
Karena jumlah komunitas yang hadir pada hari itu hanya sedikit, belum bisa mewakili seluruh komunitas terutama kelompok muda, diantaranya Karang Taruna, maka disepakati, pertemuan akan diadakan lagi pada tanggal 15 Februari 2008. Pada pertemuan ini diharapkan, seluruh komunitas dapat terlibat dalam kegiatan.(YN)

Senin, 18 Februari 2008

Perempuan dan Bencana

Rejang Lebong, KASB- Dalam Manajemen Bencana Berbasisis Komunitas (CBDRM), Perempuan (Ibu sedang hamil, melahirkan, menyusui dan perempuan lanjut usia) dikategorikan sebagai kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap kemungkinan ancaman bencana. Dalam penanganan pasca bencana kebutuhan dan peran perempuan acapkali diabaikan, karena selama ini yang lebih dominan dalam penanganan bencana, baik pra (Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan) dan paska (Respon, Tanggap Darurat, Rehabilitasi dan Rekontruksi) adalah kaum laki-laki.


Wacana ini mengemuka dalam seminar “ Perempuan dan Bencana” yang diselenggarakan oleh PD Aisiyah dan PD Nasyatul Aisiyah Rejang Lebong pada hari Minggu, 10 Februari 2008 yang bertempat di GOR Curup. Yuniwati, anggota NA dan salah satu team CDASC RL Dalam presentasinya menjelaskan: Perempuan harus terlibat dalam penagganan bencana baik pra dan paska bencana, hal ini disebabkan 1. Perempuan banyak yang menjadi korban dari bencana alam 2. Perempuan(dewasa) mengalami siklus reproduksi: Yaitu haid, hamil, melahirkan, menyusui, kondisi ini menurutnya dalam penanganan bencana perlu perhatian khusus.3.kebutuhan dasar perempuan sesuai kodratnya belum terakomodasi oleh bantuan ang diberikan( MCK dan tenda) 4. Ibu hamil dan menyusui kadang terabaikan (kurang mendapatkan vitamin dan layanan kesehatan). 5.Kondisi penampunga nyang tidak layak berpotensi menimbulkan pelecehan seksual. 6. Skala prioritas bantuan untuk kebutuhan dasar perempuan sering tidak disadari pengelola pengungsi, karena yang berperan dalam hal ini lebih banyak laki-laki yang belum tentu memilki sense of gender dan pemahaman yang baik untuk kebutuhan perempuan (Bantuan untuk perempuan kadang hanya perlengkapan masak).
Nara Sumber lain, Dra, Eni Khairani. M.Si , anggota DPD RI asal Prov Bengkulu memaparkan bahwa diabaikannya kebutuhan dan peran perempuan dalam penangannan bencana selama ini disebabkan karena faktor budaya. Pertama. Penafsiran keagamaan dan kebiasaan sehari-hari (proses sosial) telah menempatkan laki-laki lebih dominan. Kedua. Relasi gender yang timpang berpengaruh pada pola kehidupan sehari-hari. Kedua hal ini berdampak juga pada pola penangannan bencana yang seringkali mengabaikan peran dan kebutuhan perempuan. 1. Terbiasa memandang sesuatu dalam kaca mata laki-laki, pembiasaan ini berpengaruh terhadap kecendrungan pola penangannan bantuan bagi korban bencana yang tidak berpihak kepada perempuan.2.Sarana dan prasaran tempat pengungsian tidak memberikan ruang pribadi bagi kebutuhan perempuan.3.Kebutuhan perempuan, seperti pembalut, layanan kesehatan bagi ibu hamil, melahirkan dan menyusui kerap terlupakan. Untuk mengatasi kondisi ini ia menegaskan harus ada starategi dan kebijakan penanganan korban bencana yang memihak perempuan dan responsif gender. Srategi dan kebijakan itu bisa diimplementasika dalam; merumuskan rencana aksi, mendorong kebijakan penanggulangan bencana yang responsif gender dan mendorong adanya unsur perempuan dalam keanggotaan Badan Penanggulangan Bencana Nasional , Provinsi sampai pada tingkat Kabupaten/Kota.
Seminar ”Perempuan dan Bencana” dibuka oleh Ibu Sekda Elma Tarmizi, Wakil PKK Kab Rejang Lebong. Dalam kata sambutannya ia mendukung kegiatan-kegiatan seperti ini dan sangat berterimakasih kepada PD Aisiyah dan PD NA RL yang telah berinisiatif menyelenggrakan seminar untuk membangun kesadaran perempuan dalam penaggulangan bencana. (PH)